Jadwal Harian untuk Penuntut Ilmu
Sesungguhnya penolong yang paling besar setelah petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala,
agar dapat tekun dan kontinyu melakukan kesungguhan berbuat baik
adalah membuat program dan jadwal aktivitas kehidupan. Kita adalah umat
yang aktif bekerja tidak mengenal kemalasan, bekerja dengan penuh
disiplin tanpa sikap asal-asalan, bekerja berdasarkan perencanaan yang
matang dan teliti, tidak ada tempat untuk melakukan sesuatu yang
sia-sia di dalam kehidupan ini.
Kita dapatkan shalat lima waktu benar-benar terinci waktu dan
aturannya, setiap shalat memiliki waktu yang telah ditetapkan hingga
seandainya shalat dilakukan sebelum waktunya maka shalat itu batal,
seandainya dilakukan setelah habis waktunya tanpa udzur maka batal
pula, dan begitu pula halnya dengan ibadah-ibadah lainnya. Di antara
hal yang dapat membantu seorang muslim untuk bekerja adalah membuat
jadwal harian untuk mengatur hidupnya, kecuali jika ada suatu kondisi
darurat dan mendadak yang harus menyalahi jadwal yang telah ditetapkan,
maka saat itu Allah tidak akan memberatkan seseorang kecuali sebatas
kemampuannya. Jadwal program harian yang saya buat ini adalah program
usulan, yang boleh jadi cocok bagi orang-orang tertentu dan tidak sesuai
(tidak pas) bagi orang lain. Sebab jadwal harian yang saya tawarkan
ini hanyalah merupakan pemikiran yang bersumber dari pengalaman,
memohon semoga Allah menjadikan program kerja ini bermanfaat.
Alangkah baiknya jika seorang muslim mengatur waktunya serta jadwal hariannya berdasarkan shalat lima waktu.
Setelah Shalat Shubuh:
Setelah seorang muslim melaksanakan shalat Shubuh berjamaah maka
hendaknya ia mengingat bahwa kunci-kunci keberkahan dan rizki adalah
pada saat ini (di pagi hari), maka berdoa kepada Allah agar memberinya
keberkahan pada waktu dan umurnya, dan berusaha sedapat mungkin untuk
tetap duduk di masjid hingga matahari terbit, dan waktu ini ia gunakan
untuk melakukan beberapa hal di bawah ini, yaitu:
- Membaca dzikir pagi hari (adzkarus shabah)
- Menghafal satu halaman dari Al-Quran, jika tidak bisa hendaknya menghafal lima ayat saja setiap hari; sesuatu yang sedikit tetapi berlanjut adalah lebih baik daripada banyak dan terputus-putus.
- Menghafal dua hadits dari hadits-hadits Al-Arba’in An-Nawawiyah atau hadits-hadits yang ada dalam kitab Bulughul Maram atau kitab ‘Umdatul Ahkam, lalu shalat dua rakaat (setelah matahari terbit) kemudian pergi ke tempat kerja atau sekolah.
Setelah Shalat Zhuhur:
Makan siang, lalu tidur siang (istirahat) khususnya bagi para
pekerja karena hal itu akan membantu dalam memperbaharui semangat kerja
dan daya serap, dan selain hari libur maka hendaknya ia menyibukkan
dirinya untuk membaca buku-buku ringan yang tidak membutuhkan fikiran
seperti buku sejarah dan buku biografi tokoh.
Setelah Shalat Ashar:
Maka hendaknya ia melaksanakan beberapa hal di bawah ini, yaitu:
- Membaca dzikir sore hari dan inilah waktu yang disyariatkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya).” (Qaaf: 39)
- Membaca keterangan dua hadits yang telah ia hafal pada pagi hari, jika yang dihafalnya adalah hadits Al-Arba’in An-Nawawiyah maka buku yang dibaca adalah Syarhu Ibnu Daqiq atau Jami’ul Ulum wal Hikam karya Ibnu Rajab, dan jika yang dibacanya adalah hadits-hadits dalam kitab ‘Umdatul Ahkam maka syarah yang dibacanya adalah Taysirul Ahkam karya Al-Bassam, dan jika memiliki kemauan tinggi lagi, maka yang dibaca adalah Fathul Bari dan Syarah Muslim karya Imam An-Nawawi, karena semua hadits-hadits yang ada di dalam kitab ‘Umdatul Ahkam tersebut semuanya muttafaq ‘alaih. Dan jika hadits-hadits yang di hafal adalah dari kitab Bulughul Maram, maka syarah yang dibaca adalah kitab Subulus Salam karya Al-Shan’ani atau kitab Tawdhihul Ahkam karya Al-Bassam. Bacaan yang saya maksud adalah membaca syarah (keterangan) dua hadits yang telah dihafal di pagi harinya saja, karena hal itu tidak membutuhkan waktu lama.
- Masih ada sisa waktu untuk membaca buku-buku fiqih dan hadits, maka untuk orang yang sudah masuk pada tingkat lanjutan maka buku-buku yang dibaca adalah Al-Mughni karya Ibnu Al-Qudamah, Al-Muhalli karya Ibnu Hazam, At-Tamhid karya Ibnu Abdul Bar dan Al-Majmu’ karya An-Nawawi; di dalam kitab-kitab tersebut banyak terdapat masalah-masalah fiqih yang sangat menarik.
Sedangkan bagi para pemula maka disamping menghafal dan membaca buku
fiqih, alangkah baiknya jika ia membaca kepada seorang syaikh agar
menguasai seluruh isinya. Sebagai contoh kitab Fiqih ‘Umdah dalam fiqih madzhab Hambali, lalu beralih kepada kitab Zadul Mustaqni’, sedangkan kitab-kitab hadits sudah disebutkan di atas. Dan di dalam bidang akidah dimulai dari kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah karya Muhammad bin Abdul Wahhab, lalu berpindah kepada kitab Al-Masa’il Al-Arba’ah, setelah itu kitab Fathul Majid, kemudian Al-‘Aqidah Al-Wasithiyah. Penjelasan monumentalnya adalah syarah (penjelasan) oleh Syaikh Muhammad Khalil Harras Rahimahullah dan syarah
oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Seusai anda melakukan
program pemula lalu beralih kepada program berikutnya, dan demikian
seterusnya. Dan jangan sekali-kali anda tergesa-gesa dalam mencapai
hasil, dan dengan tidak terasa masa berlalu maka anda akan semakin
mendapat hasil yang banyak.
Setelah Shalat Maghrib:
Mengulang kembali hafalan-hafalan yang telah engkau hafal di pagi
hari, sebab waktu ini adalah waktu yang tepat untuk mengulang hafalan
dan pelajaran.
Setelah Shalat Isya’:
Jika engkau tidak memiliki kegiatan lain yang bermanfaat maka
hendaknya anda berkumpul bersama keluarga anda di rumah sambil membaca
buku-buku ringan tentang Raqa’iq (Surga dan Neraka, tazkiyatun nafsi)
kemudian tidur dan hindari tidur larut malam (begadang) karena
sesungguhnya hal itu adalah musuh bagimu kecuali dalam melakukan
ketaatan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Beberapa Kesalahan yang Sering Dilakukan Oleh Sebagian Para Penuntut Ilmu dalam Menghafal:
- Tidak tahu cara menghafal.
- Anggapan bahwa menghafal bagi sebagian penuntut ilmu adalah hal nisbi adalah keliru, sebab seorang penuntut ilmu harus banyak menghafal.
- Ada kebiasaan buruk yang beredar adalah anggapan bahwa zaman hafalan itu sudah berakhir (habis), ini adalah pandangan yang salah, sebab hafalan atau menghafal adalah suatu perkara yang masih berlaku selama manusia ada.
- Tidak adanya pilihan dan batasan untuk sesuatu yang dihafal.
- Tidak ada kesungguhan dalam menghafal.
- Bertumpuknya hafalan yang harus ia tanggung.
- Tidak mencatat hafalan di dalam buku catatan.
Cara Menghafal Al-Quran:
- Mengkhususkan waktu pada setiap hari untuk menghafal, waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu Shubuh dan waktu Maghrib.
- Memiliki Al-Quran yang terdiri dari tiga puluh jilid setiap jilidnya terdiri dari satu juz Al-Quran, selalu dibawa di dalam saku supaya mudah dihafal.
- Menghafal dengan menggunakan mushaf yang tulisan dan bentuknya (rasm) sama.
- Mengulang-ulang dan menjaga hafalan setiap saat.
- Menjaga bacaan yang telah dihafal saat shalat wajib atau saat shalat sunnah.
Cara Menghafal Hadits:
- Membiasakan diri untuk membaca buku-buku hadits khususnya sebelum tidur.
- Tidak perlu menyibukkan diri menghafal sanad-sanad hadits sebab hal itu akan menyita banyak waktu.
- Selalu mengulang-ulang hafalan.
Seakali lagi saya ulangi dan saya tekankan bahwa program kerja ini
hanya sekedar pemikiran yang didasari pengalaman, maka pemikiran ini
dapat dirubah dengan menambah atau menguranginya atau bahkan mungkin
sekali ditolak, sebab pemikiran ini bisa sesuai untuk sekelompok
manusia dan tidak sesuai untuk sekelompok manusia yang lain, dan semua
bisa membuat jadwal program tersendiri, namun yang menjadi sandaran
utama adalah rela mengorbankan kemampuan dan kesungguhan untuk belajar
dan menambah pengetahuan, membuang jauh-jauh sikap jenuh dan kejumudan
dari kamus kehidupan kita.
* * * **
Disalin ulang oleh: Mas_Abdurrahman
Sumber: This link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar